TRADISI ZIARAH MAKAM BATHARA KATONG PENDIRI PERADABAN ISLAM DI PONOROGO (TINJAUAN MAKNA SIMBOLIK)

Amirul Nur Wahid, Sumarlam Sumarlam, Slamet Subiyantoro

Abstract


Ada sebuah tradisi yang berada di daerah Ponorogo. Tradisi tersebut adalah tradisi ziarah makam Bathara Katong. Peziarah makam melakukan tradisi tersebut sebagai sarana untuk menghormati leluhur. Terdapat simbol-simbol dalam tradisi ini. Simbol-simbol tersebut tentunya mempunyai makna yang terkandung di dalamnya. Artikel ini akan mengungkapkan hal tersebut. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan etnografi. Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan cara observasi aktif, wawancara mendalam, dan studi dokumentasi. Data yang ditemukan kemudian disahkan dengan teknik triangulasi sumber dan triangulasi metode. Data kemudian dianalisis menggunakan analisis etnografi. Prosedur penelitian ini menggunakan etnografi. Hasilnya, penelitian ini menemukan bahwa tradisi ziarah makam Bathara Katong memiliki makna simbolik di dalamnya. Makna simbolik tersebut terdapat pada bangunan-bangunan yang ada area pemakaman, benda-benda yang dibawa oleh pengunjung/peziarah makam, dan proses pelaksanaan tradisi ziarah makam Bathara Katong.

Full Text:

PDF

References


Adenan, F. 2000. Makna dalam Bahasa. Jurnal Humaniora Volume XII No 3 Halaman 261-270.

Ali, M. & Asrori, M. (2012). Metodologi dan Aplikasi Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Anggrahita, N. H dan Sunarto. 2016. Kesenian Laesan di Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang (Kajian Fungsi dan Konflik). Jurnal Catharsis Volume 5 No. 1 Halaman 9-17.

Arifin, Z. (2011). Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Bachri, B. S. (2010). Meyakinkan Validitas Data melalui Triangulasi pada Penelitian Kualitatif. Jurnal Teknologi Pendidikan Volume 10 No.1 Halaman 46-62.

Bayuadhy, G. (2015). Tradisi-tradisi Adiluhung Para Leluhur Jawa. Yogyakarta: Dipta.

Herawati, I. (2007). Makna Simbolik Sajen Selametan Tingkeban. Jurnal Sejarah dan Budaya Volume 2 No. 3 Halaman 145-151.

Herusatoto, B. (2008). Simbolisme Jawa. Yogyakarta: Penerbit Ombak.

KBBI. https://kbbi.web.id/sajen diakses pada 1/10/2018 pukul 4:53.

Koentjaraningrat. (1984). Kebudayaan Jawa. Jakarta: PN Balai Pustaka.

Macaryus, Sudartomo. 2007. Sengkalan : Tinjauan Struktur dan Isi. Jurnal Sintesis Volume 5 No.2 Halaman 187-204.

Marzali, A. (Ed.). (2007). Metode Etnografi. Jogjakarta: Tiara Wacana.

Moelyadi. (1986). Ungkapan Kerajaan Wengker dan Reyog Ponorogo. Ponorogo: DPC Pemuda Panca Marga.

Mujianto, Y., Elmubarok, Z., & Sunahrowi. (2010). Pengantar Ilmu Budaya. Yogyakarta: Pelangi Publishing.

Pradanda, W. S, Sudardi, B, Subiyantoro, S. 2015. Kajian Nilai-Nilai Budaya Jawa dalam Tradisi Bancaan Weton di Kota Surakarta (Sebuah Kajian Simbolisme dalam Budaya Jawa). Jurnal Lingua Volume 12 No. 2 Halaman 152-174.

Rahmat, P. S. (2009). Penelitian Kualitatif. Jurnal Equilibrium Volume 5 No. 9 Halaman 1-8.

Sarosa, S. (2012). Penelitian Kualitatif: Dasar-dasar. Jakarta Barat : PT. Indeks.

Subagya, Y. T. (2005). Menemui Ajal (Etnografi Jawa tentang Kematian). Jogja: Kepel.

Sutopo, H.B. (2002). Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Press.

Suwito, Yuwono Sri. 2006. Misteri Sengkalan Memet ing Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat. Djaka Lodang. No. 20-22. Yogyakarta: PT Djaka Lodang Pers.

Taena, L dan Hermina, S. 2013. Makna Simbolik dalam Tradisi Karia pada Masyarakat Muna. Jurnal Mudra. Volume 28 No. 1 Halaman 96-105.




DOI: http://dx.doi.org/10.17977/um037v3i12018p8-22

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.