KEDAULATAN SEMU: PRAKTIK PEMERINTAHAN NEGARA DAN DAERAH BENTUKAN BELANDA 1947-1948

Mohammad Rikaz Prabowo, Aman Aman

Abstract


This research aims to find out the extent of the sovereignty possessed by the countries and regions formed by the Netherlands around 1947-1948, by taking the example of the Pasundan State and the Special Region of West Kalimantan (DIKB). The results of the study is 1) The Pasundan State was founded by Kertalegawa on May 4, 1947, with the support of van Mook. Kertalegawa's efforts ran aground because of the lack of support from Sundanese leaders. The Dutch again tried to establish Pasundan after West Java has controlled thanks to the Renville Agreement. This effort was successful on February 26, 1948, with the Mayor, namely R.A.A Wiranatakusumah, and Prime Minister Adil Puradiredja. The two figures were actually pro-republican, elected based on a session of the Pasundan State Parliament. 2) DIKB was formed on May 12, 1947, which was attended by van Mook, chaired by Sultan Hamid II with the assistance of five members of the Daily Governing Body and a Secretary who was held by Dutch officials. Meanwhile, the West Kalimantan Council (DKB) as parliament is also chaired by Dutch officials. The DKB consists of 40 representatives of ethnic/customary figures and self-government leaders such as the Sultan and Panembahan. 3) The State of Pasundan and DIKB are constituents of the Provisional Federal Government of the Netherlands by adopting a federal system. There was a dualism of government in which the Dutch kept their officials and employees. The State and Regions do not have authority and independence in making policies because they are not implemented 100 percent by the Indonesian people.

 

Penelitian ini untuk mengetahui sejauh mana kedaulatan yang dimiliki oleh negara-negara dan daerah bentukan Belanda sekitar tahun 1947-1948, dengan mengambil contoh pada Negara Pasundan dan Daerah Istimewa Kalimantan Barat (DIKB). Penelitian menggunakan metode sejarah melalui tahapan seperti heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi. Berdasarkan hasil telaah didapatkan hasil penelitian sebagai berikut. 1)Negara Pasundan didirikan oleh Kertalegawa pada 4 Mei 1947 yang didukung oleh van Mook. Usaha Kertalegawa kandas karena kurangnya dukungan dari tokoh Sunda. Belanda kembali mencoba mendirikan Pasundan setelah Jawa Barat dikuasai berkat Perjanjian Renville. Usaha ini berhasil pada 26 Februari 1948 dengan Wali Negaranya yakni R.A.A Wiranatakusumah, dan Perdana Menteri  Adil Puradiredja. Kedua tokoh sebenarnya pro-republik, terpilih berdasarkan sidang Parlemen Negara Pasundan. 2)DIKB dibentuk pada 12 Mei 1947 yang dihadiri oleh van Mook, diketuai oleh Sultan Hamid II dengan dibantu oleh lima orang anggota Badan Pemerintahan Harian dan seorang Sekretaris yang dipegang oleh pejabat Belanda. Sedangkan Dewan Kalimantan Barat (DKB) sebagai parlemen juga diketuai oleh pejabat Belanda. DKB beranggotakan 40 perwakilan tokoh-tokoh etnis/adat dan pemimpin swapraja seperti Sultan dan Panembahan. 3)Negara Pasundan dan DIKB adalah konstituen dari Pemerintahan Federal Sementara Belanda dengan mengadopsi sistem federal. Terjadi dualisme pemerintahan dimana Belanda tetap mempertahankan para pejabat dan pegawainya. Negara dan Daerah tidak memiliki kewibawaan dan kemerdekaan dalam membuat kebijakan karena tidak dijalankan 100 persen oleh masyarakat Indonesia.


Keywords


Pasundan; DIKB; Van Mook; Federalisme; Renville

References


Abbas, I. (2014). Memahami metodologi sejarah antara teori dan praktek. Jurnal ETNOHISTORI, 1(1).

Abubakar, A., Krisdiana, R., Usman, S. D., Andi, U. F., Wibawa, M. A., & Akbar, A. (2019). Menegakkan kedaulatan dan ketahanan ekonomi: Bank Indonesia dalam pusaran sejarah Kalimantan Barat (Nawiyanto (ed.)). BI Institute.

Agung, I. A. A. G. (1994). Pernyataan Rum-Van Roijen 7 mei 1949. Yayasan Pustaka Nusatama-Sebelas Maret University Press.

Ahok, P., Ismail, S., & Tjitrodarjono, W. (1992). Sejarah revolusi kemerdekaan (1945 - 1949) Daerah Kalimantan Barat. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. https://pustaka.kebudayaan.kemdikbud.go.id/index.php?p=show_detail&id=1524&keywords=

Aju. (2017). Kalimantan Barat: Lintasan sejarah dan pembangunan dari era Kolonial Belanda tahun 2013. Derwati Press.

Amir, M. (2010). Dari federalis ke unitaris: Studi kasus Sulawesi Selatan 1945-1950. Patanjala : Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya, 2(2). https://doi.org/10.30959/patanjala.v2i2.222

Anwar, R. (2015). Sejarah kecil (petite historie) Indonesia Jilid 7: Kisah-kisah zaman revolusi kemerdekaan. Kompas Media.

Besluit No. 26/DW/1948, Pub. L. No. 15246, 3 (1948). Westerafdeling van Borneo: De raad van Kalimantan Barat.

Het Dagblad. (1946, November 6). West Borneo raad taak aangevangen.

Het Dagblad. (1948, Januari 19). Zaterdagmiddag Werd Bestand op de Renville Ondertekend.

Dienaputra, R. D. (2011). Sunda: sejarah, budaya, dan politik. Sastra Unpad Press.

Feith, H. (2007). The decline of constitutional democracy in Indonesia. Equinox.

Hatta, M. (2018). Menuju gerbang kemerdekaan. Kompas Media.

Huda, N. (2009). Otonomi daerah: filosofi, sejarah perkembangan, dan problematika. Pustaka Pelajar.

Irshanto, A. B. (2017). Kiprah politik paguyuban pasundan periode 1927-1959. Diakronika, 17(1), 75. https://doi.org/10.24036/diakronika/vol17-iss1/17

Isharyanto. (2016). Ilmu negara. Oase Pustaka.

Jessup, P. C. (2006). The birth of nations: sejarah kelahiran negara-negara pasca Perang Dunia II. Center for Information Analysis.

Kamaruzzaman, D. (2007). 50 tahun Provinsi Kalimantan Barat. Sekretariat Daerah Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat.

Kanumuyoso, B. (2020). Metode sejarah. Direktorat PTLK, Dirjen Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Kanumuyoso, B., Kresno, B., and Irsyam, T. W. M. (2020). Penulisan sejarah. Direktorat PTLK, Dirjen Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Khamsyahurrahman. (2015). Sejarah Daerah Istimewa Kalimantan Barat 1946-1950. IKIP PGRI Pontianak. http://digilib.ikippgriptk.ac.id/429/.

Kurnia, E. A. (2006). Peran TNI dalam melikuidasi Negara Pasundan sebagai negara bagian RIS 1947-1950 (suatu tinjauan historis tentang peranan militer dalam membubarkan tatanan federal di Indonesia). Universitas Sebelas Maret.

Leirissa, R.Z. (2006). Kekuatan ketiga dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Pustaka Sejarah.

Lindayati. (1993). Negara Pasundan tahun 1947: uji coba ide politik federal di Jawa Barat.” Jurnal Sejarah, 4, 31–42. https://doi.org/https://doi.org/10.26639/js.v4i0.146.

Lubis, N. H. (1998). Kehidupan kaum Menak Priangan 1800-1942. Pusat Informasi Kebudayaan Sunda.

Nieuwe Courant. (1947, Mei 13). Pres Soekarno over Pasoendan

Nugraha, D. P. (2012). Partai politik lokal di Indonesia (analisis kedudukan dan fungsi partai politik lokal 1955-2011. Universitas Indonesia.

Permana, R. (2014). Inventarisasi arsip Pemerintah Negara Pasundan 1947-1950. Badan Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Provinsi Jawa Barat.

Prabowo, R. (2018). Revolusi oktober 1946 di Kalimantan Barat. Enggang Media.

Putro, W. S. (2018). Konferensi Inter-Indonesia Tahun 1949: Wujud konsensus nasional antara Republik Indonesia dengan Bijeenkomst Voor Federaal Overleg. Jurnal Sejarah Citra Lekha, 3(1). https://doi.org/10.14710/jscl.v3i1.17341.

Sjamsuddin, H., Ekadjati, E. S., & Kuswiah, W. (1992). Menuju negara kesatuan: Negara Pasundan. Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Departemen Pendidikan Nasional.

Soedarto. (1989). Naskah sejarah perjuangan rakyat Kalimantan Barat 1908-1950. Pemerintah Daerah Tk.II Kalimantan Barat.

Star Weekly. (1947, Januari 5). Partij Pasoendan.

Sunarya, Y. E. (1991). Sekitar Negara Pasundan 1947. IKIP Sanata Dharma. https://repository.usd.ac.id/25575/.

Susilo, A., & Wulansari, R. (2021). Perjanjian Linggarjati (diplomasi dan perjuangan bangsa indonesia tahun 1946-1947). Criksetra: Jurnal Pendidikan Sejarah, 10(1), 30-42.

Tanasaldy, T. (2014). Regime Change and ethnic politics in Indonesia Dayak Politics of West Kalimantan. Leiden: KITLV.

Tasnur, I., & Fadli, M. R. 2019. Republik Indonesia SerikatTinjauan Historis Hubungan Kausalitas Peristiwa-Peristiwa Pasca Kemerdekaan Terhadap Pembentukan Negara RIS (1945-1949). Candrasangkala, 5(2), 58–67.

Uitgave Nederlandsch Dagbladpers Batavia. (1946, Oktober, 31). West-Borneo-Raad Door Resident Geinstalleerd.

Uitgave Nederlandsch Dagbladpers Batavia. (1947, Maret, 28). Nu Linggadjati onderteekend is.

Uitgave Nederlandsch Dagbladpers Batavia. (1947, Mei 12). Ondertekening Statuut West-Borneo.

Uitgave Nederlandsch Dagbladpers Batavia. (1947, Mei 13). West-Borneo statuut getekend.

Uitgave Nederlandsch Dagbladpers Batavia. (1948, Maret, 22). Zo Dankte Djocja een van zijn beste medewerkers.

Visser, J.L.A. (1947). Pasoendan Wenst Zelfstandigheid. Algemeen Indisch Dagblad de Preangerbode.

Yanis, M. (1998). Djampea: novel sejarah perjuangan rakyat Kalimantan Barat. Dewan Kesenian Kalimantan Barat dan Badan Penerbit Universitas Tanjungpura.

Zed, M. (2017). Warisan penjajahan Belanda di Indonesia Pasca-Kolonial (perspektif perubahan dan kesinambungan).” Diakronika, 17(1), 88. https://doi.org/10.24036/diakronika/vol17-iss1/18.




DOI: http://dx.doi.org/10.17977/um020v16i12022p18-32

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2022 Sejarah dan Budaya : Jurnal Sejarah, Budaya, dan Pengajarannya

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

Editorial office:
History Department, Faculty of Social Science,
Universitas Negeri Malang
Jl. Semarang No.5 Kota Malang 65145,  
Phone. (0341) 551312,
email: jsb.journal@um.ac.id
Website: http://journal2.um.ac.id/index.php/sejarah-dan-budaya

P-ISSN 1979-9993
E-ISSN 2503-1147

  Creative Commons License
This work is licensed under a CC BY SA 4.0.

Web
Analytics Made Easy - StatCounter

View My Stats 

Flag Counter