Pelatihan Pra-Vocational Skills Bagi Guru Muatan Lokal Matapelajaran Prakarya

Nurul Ulfatin, Amat Mukhadis

Abstract


Abstract: The problem of equal distribution of basic education in remote areas is solved, among others, by the procurement of the One Roof of Junior High School, which is established in one management with an existing primary school. Mathematics of local content (muatan lokal) in the One Roof of Junior High School becomes very strategic because students learn a lot from their environment. However, the lack of professional competence of local content teachers makes the lesson a complementary that is often sacrificed. Through pre-vocational skills training for potential local-based content-based learning, teacher professional competence will increase. This activity is done by apprenticeship method in the workplace by local content teacher and followed by facilitation of learning practice from apprenticeship. The results can be summarized: (1) training methods by apprenticeship can improve the professional competence of teachers of local workshop content; (2) selection of apprentices in accordance with the required skills, the availability of adequate training facilities, the proximity of the internship to the teacher’s residence, and the availability of apprenticeship and transportation costs determine the attractiveness and enthusiasm of teachers in training; (3) the type of pre-vocational skills based on the potential of the trained environment are craft and processing skills; (4) training results into effective provision to pre-vocational skills to students, and learning with interesting material from the apprenticeship becomes the motivator of students in learning skills; and (5) the student’s work product of the local content of learning can become the school’s flagship product that can be exhibited to the general public.

 

Keywords: the one roof of junior high school, pre-vocational skills, local content, workshop

 

Abstrak: Masalah pemerataan pendidikan dasar di daerah terpencil antara lain dipecahkan dengan pengadaan SMP Satu Atap, yaitu SMP yang didirikan dalam satu pengelolaan dengan SD yang telah ada. Matapelajaran muatan lokal (mulok) di SMP Satu Atap menjadi sangat strategis karena siswa banyak belajar dari lingkungannya. Namun, rendahnya kompetensi profesional guru muatan lokal, menjadikan matapelajaran tersebut sebagai pelengkap yang sering dikorbankan. Melalui pelatihan pra-vocational skills untuk pembelajaran muatan lokal yang berbasis potensi lingkungan, kompetensi profesional guru akan meningkat. Kegiatan ini dilakukan dengan metode magang di tempat kerja oleh guru muatan lokal dan dilanjutkan dengan pendampingan praktik pembelajaran dari hasil magang. Hasilnya dapat disimpulkan: (1) metode pelatihan dengan cara magang dapat meningkatkan kompetensi profesional guru muatan lokal Prakarya; (2) pemilihan tempat magang yang sesuai dengan keterampilan yang dibutuhkan, ketersediaan sarana pelatihan yang memadai, kedekatan jarak antara tempat magang dengan tempat tinggal guru, serta ketersediaan biaya magang dan transportasi menjadi penentu daya tarik dan semangat guru dalam mengikuti pelatihan; (3) jenis pra-vocational skills berbasis potensi lingkungan yang dilatihkan adalah keterampilan kerajinan dan pengolahan; (4) hasil pelatihan menjadi bekal efektif untuk membelajarkan pra-vocational skills kepada siswa, dan pembelajaran dengan materi yang menarik dari hasil magang menjadi pendorong motivasi siswa dalam belajar keterampilan; dan (5) produk karya siswa hasil pembelajaran muatan lokal dapat menjadi produk unggulan sekolah yang dapat dipamerkan ke masyarakat umum.

 

Kata kunci: SMP Satu Atap, pra-vocational skills, muatan lokal, prakarya


Keywords


SMP Satu Atap, pra-vocational skills, muatan lokal, prakarya

Full Text:

PDF

References


Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah, Depdiknas.

Depdikbud. 2013. Kurikulum SMP, Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Prakarya. Jakarta: Pusat Pengembangan Kurikulum, Depdikbud.

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Timur. 2007. Grand Design Pendidikan Propinsi Jawa Timur Tahun 2008. Surabaya: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Timur.

Intruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 5 tahun 2006 tentang Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan Pemberantasan Buta Aksara. 2008. Jakarta: Sekretariat Negara Republik Indonesia.

JPNN. 2011. Tekan Angka DO Bangun SD-SMP Satu Atap, (Online), (www.jawapos.com), diakses 3 Februari 2012.

Keputusan Bupati Malang Nomor 180i.1187/KEP/421.013/2007 tentang Penetapan Lembaga SD-SMP Satu Atap. 2008. Malang: Pemkab Malang.

Keputusan Bupati Malang Nomor 180i.162/KEP/421.013/ 2010 tentang Penetapan Lembaga SD-SMP Satu Atap. 2011. Malang: Pemkab Malang.

Ulfatin, N., Mukhadis, A., dan Imron, A. 2009. Profil Wajar 9 Tahun dan Model Strategi Penuntasannya pada Daerah Rawan Dropout & tidak Melanjutkan ke Sekolah Lanjutan. Laporan Penelitian. Malang: Lembaga Penelitian Universitas Negeri Malang.

Ulfatin, N., Mukhadis, A., dan Imron, A. 2010. Profil Wajib Belajar 9 Tahun dan Alternatif Penuntasannya. Jurnal Ilmu Pendidikan, 17(1), 23-29.

Ulfatin, N. 2005. Mengembangkan Life Skills di Sekolah Menengah dan Tinggi. Makalah disampaikan dalam Seminar Kolegial Jurusan Administrasi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang.

Ulfatin, N., dan Mukhadis, A. 2013. Kaji Tindak Pembelajaran Muatan Lokal di SMP Satu Atap untuk Meningkatkan Life Skills Siswa di Daerah Terpencil. Laporan Kemajuan Program IbM. Malang: LP2M Universitas Negeri Malang.




DOI: http://dx.doi.org/10.17977/um050v1i2p142-149

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2018 Abdimas Pedagogi: Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat



View My Stats