Sejarah pabrik gula Buduran sebagai objek pembelajaran kolonial di Museum Mpu Tantular

Alfin Ganendra Albar, Eldin Warsito Suhantyo

Abstract


This study tries to describe the history of the development of the Buduran sugar factory from 1835 to 1930 which will be useful for the Mpu Tantular Museum. This writing uses historical research methods which consist of several stages, namely topic selection, heuristics, criticism, interpretation, and historiography. Sidoarjo during the Dutch colonial period became a sugar industry area, this was because the area was suitable for planting sugar cane, so the colonial government exploited it by building a sugar factory there. One of the sugar factories in Sidoarjo that was established during the colonial period was the Buduran sugar factory, at this time the Buduran sugar factory has changed its function into a warehouse for engineers. Looking at the past, the Buduran sugar factory in its time continued to develop well and became a sugar contributor in Karesidan Surabaya. This Buduran sugar factory became one of the most successful factories of its time, with its production and area of sugar cane continuously growing. It is important to write the history of the Buduran sugar factory because it is only very small and can also contribute to the archives of the Mpu Tantular Museum as a place for learning from all walks of life.

 

Penelitian ini mencoba menguraikan sejarah perkembangan pabrik gula Buduran pada tahun 1835 hingga 1930 yang akan bermanfaat bagi Museum Mpu Tantular. Penulisan ini menggunakan metode penelitian sejarah yang terdiri atas beberapa tahap yaitu pemilihan topik, heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Sidoarjo pada masa kolonial Belanda menjadi wilayah areal industri gula, hal tersebut disebabkan karena wilayahnya yang cocok untuk ditanami tebu, maka pemerintah kolonial mengeksploitasi dengan membangun pabrik gula disana. Salah satu pabrik gula di Sidoarjo yang pernah berdiri pada masa kolonial adalah pabrik gula Buduran, pada masa kini pabrik gula Buduran sudah beralih fungsi menjadi tempat gudang penyimpanan zeni. Melihat masa lalu, bahwa pabrik gula Buduran ini pada masanya terus berkembang dengan baik dan menjadi penyumbang gula di Karesidenan Surabaya. Pabrik gula Buduran ini menjadi salah satu pabrik yang sukses pada masanya, dengan terus berkembang hasil produksi dan luas lahan tebunya. Pentingnya menulis sejarah dari pabrik gula Buduran, karena hanya sedikit sekali dan juga dapat memberi sumbangsi arsip terhadap Museum Mpu Tantular sebagai tempat pembelajaran dari semua kalangan. 


Keywords


Pabrik Gula; Buduran; Museum Mpu Tantular.

Full Text:

PDF

References


Amig, et, al. (2006). Jejak Sidoarjo: dari Jenggala ke Suriname. Sidoaro: Ikatan Alumni Pamong Praja Sidoarjo.

Amirudin, A. (2010). Potensi Museum Negeri Mpu Tantular sebagai daya tarik wisata di Jawa Timur. (Skripsi Jurusan Usaha Perjalanan Wisata, Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret). Skripsi diterbitkan.

Asmara, D. (2019). Peran Museum dalam pembelajaran sejarah. Kaganga: Jurnal Pendidikan Sejarah dan Riset Sosial Humaniora. 2(1), 10-20.

Badan Pusat Statistik (BPS). (2017). Sidoarjo dalam angka 2017. Badan Pusat Statistik. Sidoarjo.

Bleeker. P. (1850). Tijdschrift voor Neerland's Indië jrg 12, (1e deel).

Faber, G. H. V. (1931). Oud Soerabaia de Geschiedenis Van Indies Eerste Koopstad van de Oudste Tijden Tot de Instelling Van den Gemeenteraad (1906). Boekhandelen Drukkerij H van Ingen Bussem 1933. Soerabaja.

Hartati, U. (2016). Museum Lampung sebagai media pembelajaran sejarah. Jurnal HISTORIA. 4(1). 1-10.

Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie. (1859, January 5).

Khudori. (2005). Gula rasa neoliberalisme: pergumulan empat abad industri gula. Jakarta: LP3ES.

KITLV Picture Leiden. (1900). Stoomtrein op het station te Boedoeran op weg van Soerabaja naar Sidoardjo. Retrieved from https://digitalcollections.universiteitleiden.nl/view/item/910925.

KITLV Picture Leiden. (1925). Melassetank en terrein van suikerfabriek Boedoeran te Sidoardjo. Retrieved from https://digitalcollections.universiteitleiden.nl/view/item/803048.

Koloniaal Verslag Suiker Cultuur Op Java. (1889).

Koloniaal Verslag Suiker Cultuur Op Java. (1895).

Koloniaal Verslag Suiker Cultuur Op Java. (1911).

Koloniaal Verslag Suiker Cultuur Op Java. (1912).

Margana, S., & Nursam, M. (2010). Kota-Kota di Jawa: identitas, gaya hidup dan permasalahan sosial. Yogyakarta: Ombak.

Pramana, L. E. (2018). Menapak jejak pabrik gula Sidoarjo. Sidoarjo: Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Sidoarjo.

Ridho’I. R. (2018). Antara pemerataan dan eksploitasi lahan: Sidoarjo dalam Swp Gerbangkertosusila, 1996-2011. Handep. 2(1). 1-16.

Rijkmuseum Picture. (1925). Luchtaanzicht van suikerfabriek Boedoeran in Sidoarjo op Java. Retrieved from https://www.rijksmuseum.nl/nl/content-zoeken?q=boedoeran.

Siaahan, Bisuk. (1996). Industrialisasi di Indonesia: sejak hutang kehormatan sampai banting stir.Departemen Perindustrian dan Perdagangan. Jakarta.

Soerabaijasch handelsblad. (1879, July 15).

Yuliati, et, al. (2016). Sistem rekomendasi distribusi tetes tebu di UD. Lancar menggunakan metode fuzzy sugeno berbasis web. JOINTECS. 1(1). 6-9




DOI: http://dx.doi.org/10.17977/um081v2i22022p172-180

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2022 Historiography: Journal of Indonesian History and Education

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

Historiography: Journal of Indonesian History and Education is licensed under Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.


JOIN Indexed By:

        

Flag Counter

Web Analytics Made Easy - Statcounter View My Stats