DUSUN NGGANDUL: CORETAN PILU MASYARAKAT DIAKHIR 1960 DAN PERALIHAN LAHAN KELURAHAN MERJOSARI

Irma Sulistiowati

Abstract


The administration of a country is divided into several parts to facilitate optimal regulation of a region. Kelurahan Merjosari is one of the areas given autonomous rights by the government to take care of its governmental affairs, to achieve equal welfare for the people of Merjosari. The area of Merjosari village is divided into several hamlets, each hamlet has a naming history according to the history that developed in the area. One of them is the Nggandul hamlet, whose name is related to the high mortality rate in the community in the 1970s by hanging. This behavior is based on several factors, one of which is psychological pressure due to trauma from the G30S / PKI tragedy. The research used a descriptive qualitative approach with data collection techniques, namely heurustics, interview, and literature review.

Pelaksaanan administrasi suatu negara, dibagi menjadi beberapa bagian guna mempermudah pengaturan suatu wilayah secara optimal. Kelurahan Merjosari menjadi salah satu wilayah yang diberi hak otonom oleh pemerintah untuk mengurus urusan pemerintahannya sendiri, demi tercapainya kesejahteraan yangmerata bagi masyarakat Merjosari. Wilayah kelurahan Merjosari terbagi dalam beberapa dusun, setiap dusun memiliki sejarah penamaan sesuai dengan sejarah yang berkembang di wilayah tersebut. Salah satunya adalah dusun Nggandul yang sejarah penamaanya dikaitakan dengan tingginya angka kematian masyarakat pada tahun 1970-an dengan cara gantung diri. Perilaku ini didasari oleh beberapa faktor, salah satunya tekanan psikis akibat trauma dari tragedi G30S/PKI. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data adalah heurustik, wawancara, dan kajian pustaka.


Keywords


Naming; Sub-district, Nggandul, Transfer function; Penamaan; Kelurahan; Nggandul; Alih-fungsi

Full Text:

PDF

References


Abdurrahman, D. (2007). Metodelogi Penelitian Sejarah. Jogjakarta:Ar-Ruzz Media.

Affamdi, A. (2017). Kehidupan Sosial, Ekonomi Dan Budaya Masyarakat Desa Labuhan Haji Dalam Hubungannya Dengan Etnis Cina Pasca G 30 September 1965-1966, Jurnal Historis, 2(2), 29-35.

Bertera, M. E. (2007). Urgensi pembelajaran sejarah berbasis potensi lokal bahari untuk menumbuhkan minat wirausaha di Pesisir Selatan Kabupaten Malang. Jurnal Sejarah dan Budaya, 11(2), 211-219.

https://kelmerjosari.malangkota.go.id/profil/data-mononografi/

https://www.jurnalmalang.com/2019/09/layak-diikuti-pakar-dan-masyarakat.html

Kosasih, D. (2010). Kosmologi sistem nama diri (antroponim) masyarakat sunda. Seminar Internasional Hari Bahasa Ibu, pp. 33-38.

Liputan khusus TEMPO edisi 1-7 Oktober 2012 tentang Pengakuan Algojo 1965. https://majalah .tempo .co/read/opini/140650/dari-pengakuan-algojo-1965.

Prihadi. (2015). The linguistic structure of toponim system of hamlets/villages in Yogyakarta special province (an antropolinguistic study). European Journal of Engineering and Technologi, 1(3), 1-163.

Saerheim, I. (2014). Place names in oral tradition: sources of local language and cultural history. (Online) Proceedings of the 25th International Congress of Onomastic Sciences Glasgow, pp. 285-292( diakses pada 20 April 2020).

Wawancara Pak Imam Sujono, (15 April 2021).

Wawancara Warsiah, (15 April 2021).




DOI: http://dx.doi.org/10.17977/um081v1i22021p239-245

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2021 Historiography: Journal of Indonesian History and Education

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

Historiography: Journal of Indonesian History and Education is licensed under Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.


JOIN Indexed By:

        

Flag Counter

Web Analytics Made Easy - Statcounter View My Stats