KESULTANAN BIMA SEBAGAI BASIS ISLAMISASI DI INDONESIA TIMUR SEJAK ABAD 17 M

Vita Sabrina Azda Laili, Arrum Intan Setya Yuniar, Lady Abrenda

Abstract


Islamization in Nusantara brought about many significant social life changes, one of which was the political aspect. The emergence of sultanates in the western to eastern regions of the archipelago is proof that Islam can be accepted. Bima is one Island that is not free from the influence of Islam. The Islamization process in Bima, which was initially Hindu in style, took place through political power and on the initiative of traders from Gowa-Tallo, Luwu and Bone who brought Islam, as well as advice by the role of ulama or religious leaders who used a cultural approach in the process of Islamization efforts. The method of Islamization brought many changes to Hadrat Law and Islamic Law in the Sultanate of Bima. Changes that occur in Bima that continue to experience developments there include the development of law, business, and the development literature. The various changes in terms of tradition or custom then extended to different Bima power regions. The sultanate, founded in the 17th century AD, has a strategic area so that it has a significant impact on the process of Islamization in eastern Indonesia, especially Sumbawa. Thus making the Sultanate of Bima the basis for Islamization in Eastern Indonesia since the 17th century AD. The research method used is historical research methods.

Islamisasi di Nusantara membawa banyak perubahan yang signifikan dalam aspek kehidupan bermasyarakat, salah satunya yakni aspek politik. Munculnya kesultanan di wilayah barat hingga timur Nusantara menjadikan bukti bahwa Islam dapat diterima di Nusantara. Bima adalah salah satu wilayah yang tidak luput dari pengaruh Islam. Proses Islamisasi di Bima yang pada awalnya bercorak Hindu berlangsung melalui pengaruh politik dan atas prakarsa pedagang Gowa-Tallo serta Luwu dan Bone yang membawa agama Islam, juga dipengaruhi oleh peran ulama atau tokoh agama yang menggunakan pendekatan budaya sebagai usaha dalam proses Islamisasi. Proses Islamisasi ini membawa banyak perubahan pada Hukum Hadat dan Hukum Islam di Kesultanan Bima. Berbagai perubahan yang terjadi dari segi tradisi atau adat tersebut kemudian meluas ke berbagai wilayah sekitar kekuasaan Bima. Kesultanan yang berdiri pada abad 17 M, memiliki wilayah yang strategis sehingga memberikan dampak yang besar dalam proses Islamisasi di wilayah Indonesia bagian timur, khususnya Sumbawa. Sehingga menjadikan Kesultanan Bima sebagai basis Islamisasi di Indonesia Timur sejak abad 17 M. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian sejarah.

 


Keywords


Islamisasi; Islam; Kesultanan Bima

Full Text:

PDF

References


Aminullah, dan Nasaruddin. (2017). Wajah Islam nusantara pada tradisi peta kapanca dalam perkawinan adat Bima. Tajdid: Jurnal Pemikiran KeIslaman Dan Kemanusiaan 1(1): 1–24.

Bachtiar, T. (2020). Tiga kesultanan di kaki Tambora Raya. Kabar Alam.com tersedia dalam https://kabaralam.com?wisata-alam/tiga-kesultanan-di-kaki-tambora-perlaya/2, diakses pada 9 desember 2020.

Fitriana, Ayu, dan Suharno. (2019). Budaya rimpu sebagai eksistensi perempuan Islam di tanah Bima. Jurnal Antropologi 02: 211–17.

Haris, Tawalinuddin. (2006). Kesultanan Bima di Pulau Saumbawa Jurnal Wacana 8 (1): 17-31.

Ishari, Nurhafid. 2014. Islamisasi dan embrio institusi pendidikan Islam di Indonesia. Tarbiyatuna 7 (2): 114–27.

KITLV Picture, Leiden. (1945). Muhammed Salahuddin, sultan van Bima, diakses pada 9 Desember 2020.

KITLV Picture, Leiden. (1945). De Draagstoel (Pabule) van de Sultan Bima, diakses pada 9 Desember 2020.

Murrofika dan Murdiono M. (2020). Tradisi Hanta Ua Pua sebagai upaya pelestarian budaya religi di Bima. Jurnal Wacana 22 (1): 10-18.

Mawaddah, Kartini. (2017). Diplomatik Sultan Abdul Hamid Di Kerajaan Bima Tahun 1773- 1817 M. Juspi I (1): 139–53.

Mukhlis. (2005). Wacana politik dan kepemimpinan Islam dalam naskah kuno Kesultanan Bima. Ulumuna IX (1): 277-94

Safruddin. (2016). Pola adaptasi dan proses Islam di Raba Bima. Jurnal Ilmiah Mandala Education 2 (1).

Salahuddin, Muh. (2005). Mahkamah syar’iyah di Kesultanan Bima: wujud dialektika hukum antara Islam dan adat muh. Ulumuna IX (1):189-201.

Tondo, Fanny Henry. (2005). Tinjauan buku Kerajaan Bima dalam sastra dan sejarah, Henri Chambert Loir. Jurnal Masyarakat Dan Budaya 7 (1): 167-70.

Zuriatin & Nurhasanah. (2018). Kebudayaan Islam yang berkembang di Kesultanan Bima pada abad ke XVII M. Jurnal Pendidiakn IPS 8 (2): 129-38.




DOI: http://dx.doi.org/10.17977/um081v1i12021p121-130

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2021 Historiography: Journal of Indonesian History and Education

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

Historiography: Journal of Indonesian History and Education is licensed under Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.


JOIN Indexed By:

        

Flag Counter

Web Analytics Made Easy - Statcounter View My Stats