Dinamika tanah perdikan Desa Drajat Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan Tahun 1475-1995

Mohammad Zaki Muharor, Ahmad Naufal Ridlo, Fatah Riski Alan Nurin

Abstract


Drajat village is a village that was originally status as a fief land, which is an area that is not taxed by the traditional village government which is a legacy of Raden Qosim or better known to the public as Sunan Drajat. This land was given by the Sultan of Demak, namely Raden Patah to Sunan Drajad as a fief land to broadcast Islam in eastern Java. In its dynamics, the fief land had undergone several status changes in the old order era with the agrarian reform program which was later ratified in the 1960 agrarian reform law. This study uses a historical methodology and focuses on the dynamics of the fief land in the village of Drajat, Paciran sub-district, Lamongan district. This paper contains the change in status and ownership of land perdikan drajat in the sultanate, colonial and contemporary eras.


Desa Drajat adalah sebuah desa yang semula berstatus sebagai tanah perdikan yaitu kawasan yang tidak di pungut pajak oleh pemerintahan kerajaan tradisional desa yang merupakan peninggalan Raden Qosim atau yang lebih dikenal masyarakat sebagai Sunan Drajat. Tanah ini diberikan oleh Sultan Demak yaitu Raden Patah kepada Sunan Drajad sebagai tanah perdikan untuk menyiarkan agama Islam di Jawa bagian timur. Dalam dinamikanya tanah perdikan sempat mengalami beberapa kali pergantian status di era orde lama dengan program pembaruan agraria yang kemudian disahkan dalam undang-undang pembaruan agraria tahun 1960. penelitian ini menggunakan metodologi sejarah serta berfokus mengenai dinamika tanah perdikan desa drajat kecamatan paciran kabupaten lamongan. Tulisan ini berisi pergantian status dan kepemilikan tanah perdikan drajat pada era kesultanan, kolonial serta kontemporer.


Keywords


Drajat; Perdikan; Agraria

Full Text:

PDF

References


Chalik, A. (2016). Wali, sultan, kiai, dan santri dalam Tadisi Agama dan Politik Islam Jawa. Teosofi: Jurnal Tasawuf dan Pemikiran Islam, 6(1), 139–167. https://doi.org/10.15642/TEOSOFI.2016.6.1.139-167

Hariyono, H., & Wijaya, D. N. (2016). Thomas Stamford Raffles: seorang universalis atau imperialis?. Paramita: Historical Studies Journal, 26(1), 33. https://doi.org/10.15294/paramita.v26i1.5144

Kuntowijoyo. (2013). Pengantar ilmu sejarah. Tiara Wacana. Yogyakarta.

Muzzaki, A. W. (2017). Humanisme religius Sunan Drajat sebagai nilai sejarah dan kearifan lokal. Seminar Pendidikan Nasional: Pemanfaatan Smartphone Untuk Literasi Produktif menjadi Guru Hebat dengan Smartphone, 484–495.

Nugroho, S. S., Tohari, M., & Rahardjo, M. (2017). Hukum Agraria Indonesia retrieved from

Pemerintah Kabupaten Lamongan. (2017). Profil Kabupaten Lamongan retrieved from

Rozi .(2000). Wawancara tanggal 28 April 2000.

Siswanta, S. (2020). Sejarah perkembangan Mataram Islam Kraton Plered. Karmawibangga: Historical Studies Journal, 1(1), 33–42. https://doi.org/10.31316/FKIP.V2I1.329

Sjamsudduha. (1998). Sejarah Sunan Drajat dalam jaringan masuknya Islam di Nusantara. PT Bina Ilmu. Surabaya.

Sunyoto, A. (2012). Atlas Wali Songo: buku pertama yang mengungkap wali songo sebagai fakta sejarah. Pustaka Imana. Jakarta.

Yahya, H. M. (2021). Wawancara tanggal 28 April.




DOI: http://dx.doi.org/10.17977/um081v1i32021p275-283

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2021 Historiography: Journal of Indonesian History and Education

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

Historiography: Journal of Indonesian History and Education is licensed under Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.


JOIN Indexed By:

        

Flag Counter

Web Analytics Made Easy - Statcounter View My Stats