Dinamika perkembangan Upacara Siraman Gong Kyai Pradah sebagai kearifan lokal di Kecamatan Sutojayan, Kabupaten Blitar abad XVII-XX Masehi
Abstract
This article aims to examine the history and origins, the process of implementation and the symbolic meaning contained in the Siraman Gong Kyai Pradah Ceremony. The method used in the preparation of this article is the literature review method. The sources used are books, articles, journals, theses, and other relevant sources. The Gong Kyai Pradah ceremony is a tradition and local wisdom that is owned by the people of Sutojayan District, Blitar Regency. This tradition is held routinely from generation to generation, on every 12th of Rabiul Awal and 1st Shawwal of the hijriyah calendar which is in Alun-Alun Kawedanan Lodoyo. This ceremony is intended as an expression of gratitude to Allah SWT and respect for the Prophet Muhammad. Besides that, it is also a means of praying and conveying hope regarding safety, welfare, security, health and harmony. This tradition has become a tourism potential and a magnet that can attract tourists. The Gong Kyai Pradah ceremony is transformed into an identity attached to Sutojayan District and Blitar Regency. In the future, this ceremony must be continuously carried out and preserved not eroded by the times. Apart from that, with preservation, future generations will also be able to witness a tradition and local wisdom that is inherent and ingrained in existence and is carried out.
Artikel ini memiliki tujuan untuk mengkaji sejarah dan asal usul, proses pelaksanaan dan makna simbolik yang ada dalam Upacara Siraman Gong Kyai Pradah. Metode yang digunakan dalam penyusunan artikel ini adalah metode kajian pustaka. Sumber yang digunakan adalah buku-buku, artikel, jurnal, skripsi, dan sumber lain yang relevan. Upacara Gong Kyai Pradah merupakan sebuah tradisi dan kearifan lokal yang dimiliki oleh masyarakat Kecamatan Sutojayan, Kabupaten Blitar. Tradisi ini digelar secara rutin secara turun-temurun, pada setiap tanggal 12 Rabiul Awal dan 1 Syawal penanggalan hijriyah yang dipusatkan di Alun-Alun Kawedanan Lodoyo. Upacara ini ditujukan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT dan penghormatan kepada Nabi Muhammad SAW. Selain itu juga menjadi sarana untuk berdoa dan menyampaikan harapan mengenai keselamatan, kesejahteraan, keamanan, kesehatan, dan kerukunan. Tradisi ini menjadi sebuah potensi wisata dan magnet yang mampu menarik wisatawan. Upacara siraman Gong Kyai Pradah ini bertransformasi menjadi identitas yang melekat pada Kecamatan Sutojayan dan Kabupaten Blitar. Di masa yang akan datang, upacara ini harus terus dilaksanakan dan dijaga kelestariannya agar tidak tergerus oleh perkembangan zaman. Selain itu dengan adanya pelestarian, generasi penerus di masa depan juga dapat menyaksikan sebuah tradisi dan kearifan lokal yang sudah melekat dan mendarah daging ini tetap ada dan dilaksanakan.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Afif, M. & Sasanadjati, J. D. (2017). Konstruksi Ritual Siraman Gong Kyai Pradah dalam tipe
tari dramatik pada karya “Jamas Sang Aji”. Jurnal Solah, 7(1).
Ayuningtyas, M. H. (2016). Makna Dibalik Upacara Siraman Gong Kyai Pradah. Retrivied from
Azizah, R. I. R, Dkk. (2018). Makna dan relevansi simbolik mantra Siraman Gong Kyai Pradah
Lodaya dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Desa Lodaya Blitar.
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa, Universitas
Muhammadiyah Purworejo, 12(1), 1-14.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Blitar. (2019). Kecamatan Sutojayan Dalam Angka 2019.
Blitar: Badan Pusat Statistik Kabupaten Blitar. Retrivied from
__________________________________. (2021). Kabupaten Blitar Dalam Angka 2021. Blitar:
Badan Pusat Statistik Kabupaten Blitar. Retrivied from
Cholida, N., & Pinasti, V. I. S. (2018). Pelestarian Tradisi Siraman “Gong Kyai Pradah” Pada Era
Modernisasi (Studi Kasus Pada Masyarakat Desa Kalipang, Kecamatan Sutojayan,
Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa Timur). E-Societas, 7(4).
Humas Kabupaten Blitar. (2014). Siraman Gong Kyai Pradah, masyarakat ngalap berkah.
Retrivied from
_____________________. (2018). Tradisi Siraman Gong Kyai Pradah, promosi wisata aset
budaya bangsa. Retrivied from
Nadia, Z. (2011). Tradisi maulid pada masyarakat Mlangi Yogyakarta. ESENSIA: Jurnal IlmuIlmu Ushuluddin, 12(2), 367-384.
Nafi’ah, D. (2020). Upacara Siraman Gong Kyai Pradah dan pengaruhnya bagi Masyarakat
Blitar(Bachelor's thesis). UIN Syarif Hidayatullah.
Nazir, M, (1988). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Njatrijani, R. (2018). Kearifan lokal dalam perspektif budaya Kota Semarang. Gema
Keadilan, 5(1), 16-31.
Rahayu, N. T., Setyarto, S., & Efendi, A. (2015). Model pewarisan nilai-nilai budaya Jawa
melalui pemanfaatan upacara ritual.Jurnal Ilmu Komunikasi,12(1), 55-69.
Rofiq, A. (2019). Tradisi slametan Jawa dalam perpektif pendidikan Islam. Attaqwa: Jurnal
Ilmu Pendidikan Islam,15(2), 93-107.
Setiawan, W. (2014). Bentuk, makna dan fungsi mantra di Padepokan Rogo Sutro Desa
Gondangwinangun Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Temanggung. ADITYA: Jurnal
Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa, 4(2), 38-43.
Setyosari, P. W. H. (2007). Metode penelitian pendidikan. Malang: Rosindo.
Simuh. (2016). Sufisme Jawa. Jakarta: Narasi.
Sugianto. (2019). Ritual Adat Siraman Pusaka Gong Kyai Pradah (Studi Di Kelurahan Kalipang
Lodoyo Blitar). Retrivied from
Suyono, C. R. P. (2009). Dunia mistik Orang Jawa. Yogyakarta: PT. LKiS Printing Cemerlang.
Wiyatmi, M. S. (2013). Puisi Indonesia. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
DOI: http://dx.doi.org/10.17977/um081v2i12022p29-42
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2022 Historiography: Journal of Indonesian History and Education

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
Historiography: Journal of Indonesian History and Education is licensed under Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
JOIN Indexed By: