Makna Upacara Balian dalam Ritual Pengobatan Tradisional Suku Paser Kabupaten Paser

Cucu Widaty, Yuli Apriati, Aldian Hudaya, Siska Kusuma

Abstract


This study describes the balian ceremony in the form of a ritual that is carried out as a traditional treatment in the Paser tribe, Paser district, East Kalimantan. This is motivated by the belief of the Paser people who still maintain healing rituals with the balian ceremony because of hereditary and entrenched beliefs, considerations of alternative medicine, perceptions and views of life. This study aims to uncover 3 important focuses, namely: the form of the balian ceremony procession, the meaning of the balian ceremony for the Paser tribal community, and the function of the balian ceremony. The research method used in this study is qualitative with an ethnographic approach. This study uses data collection techniques in the form of observation, in-depth interviews, and documentation with primary data sources and secondary data sources. The results showed that the form of the balian ceremony procession consists of three stages, the first is the preparation stage, namely the organizer prepares the equipment and coordinates with the parties involved in the balian ceremony. Second, the core activity stage is a mulung dancing along with reciting healing spells. Third, the closing stage is mulung awareness, wiping water, and returning ceremonial equipment. The meaning of the Balian ceremony is the struggle for life, harmony, welfare, safety, good morals, and opening of sustenance, the meaning of asking for protection, remembering God, and remembering the nature of life. The function of the balian ceremony is an effort to heal patients, as a medium of public entertainment, as a medium for connecting the Paser tribal community to the spirits of their ancestors.

 

Penelitian ini mendeskripsikan upacara balian berupa ritual yang dilaksanakan sebagai pengobatan tradisional pada suku Paser kabupaten Paser Kalimantan Timur. Hal ini dilatarbelakangi kepercayaan masyarakat Paser yang tetap mempertahankan ritual penyembuhan dengan upacara balian karena kepercayaan turun-temurun dan membudaya, pertimbangan pengobatan alternatif, persepsi dan pandangan hidup. Penelitian ini bertujuan untuk menguak menguak 3 fokus penting yakni: bentuk prosesi upacara balian, makna upacara balian bagi masyarakat suku Paser, dan fungsi upacara balian. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan etnografi. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi dengan sumber data primer dan sumber data sekunder. Hasil penelitian diketahui bahwa bentuk prosesi upacara balian terdiri dari tiga tahap, Pertama tahap persiapan yaitu penyelenggara mempersiapkan perlengkapan dan berkoordinasi dengan pihak yang terlibat pada upacara balian. Kedua, tahap kegiatan inti yaitu seorang mulung menari bersamaan dengan pembacaan mantra penyembuhan. Ketiga, tahap penutup yaitu penyadaran mulung, pengusapan air ,dan pengembalian peralatan upacara. Makna dari dilaksanakannya upacara balian adalah perjuangan hidup, keharmonisan, kesejahteraan, , keselamatan, moral baik,dan pembuka rezeki, makna memohon perlindungan, mengingat tuhan, dan mengingat alam kehidupan. Fungsi upacara balian adalah upaya penyembuhan pasien, sebagai media hiburan masyarakat, sebagai media penghubung masyarakat suku Paser terhadap roh leluhurnya.


Keywords


Balian ceremony; ritual; traditional medicine

Full Text:

PDF

References


Adilia, W. F., & Said, I. M. (2019). Ritual Posuo Pingitan Pada Masyarakat Suku Buton. Ilmu Budaya, 7(2), 273–281.

Bauto, L. (2014). Perspektif Agama Dan Kebudayaan Dalam Kehidupan Masyarakat Indonesia (Suatu Tinjauan Sosiologi Agama). JPIS. Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, 23(2).

Edung, T. (2019). Memahami Ritual Balian Palas Bidan Suku Dayak Lawangan Di Ampah Kecamatan Dusun Tengah Kabupaten Barito Timur Provinsi Kalimantan Tengah. Jurnal Filsafat Agama Hindu Widya Katambung, 10(2). https://doi.org/https://doi.org/10.33363/wk.v3i02.399

Gunawijaya, I. W. T. (2019). Makna Filosofis Upacara Metatah Dalam Lontar Eka Prathama. Jurnal Mahasiswa Prodi Filsafat Hindu, 1(1), 80.

Haeruddin. (2019). Ritual Cucurangi Pada Masyarakat Pasarwajo Kabupaten Buton Haeruddin. Jurnal Pendidikan Sejarah FKIP UNIDAYAN, 5(2), 98–105.

Hasbullah. (2017). Ritual Tolak Bala Pada Masyarakat Melayu (Kajian Pada Masyarakat Petalangan Kecamatan Pangkalan Kuras Kabupaten Pelalawan). Jurnal Ushuluddin, 25(1).

Helim, A., & Syahriana, U. T. (2019). Keikutsertaan Masyarakat Muslim dalam Upacara Tiwah Agama Hindu Kaharingan di Kota Palangka Raya. Al-Qisthu: Jurnal Kajian Ilmu-Ilmu Hukum, 17(2), 34. https://doi.org/10.32694/010750

Herrmans, I. (2021). Ritual Sociality and the Limits of Shamanic Efficacy among the Luangans of Indonesian Borneo. Anthropological Forum, 31(1), 49–63. https://doi.org/10.1080/00664677.2021.1886903

Humaeni, A. (2016). Ritual, Kepercayaan Lokal Dan Identitas Budaya Masyarakat Ciomas Banten. El-HARAKAH (TERAKREDITASI), 17(2), 157. https://doi.org/10.18860/el.v17i2.3343

Ikeh, T. S. D., Priyatna, A., & Adji, M. (2020). Konstruksi Maskulinitas Dalam Penari Balian Bawo Dayak Deah. Paradigma: Jurnal Kajian Budaya, 10(1), 33. https://doi.org/10.17510/paradigma.v10i1.390

Irawati, E. (2014). Makna Simbolik Pertunjukan Kelentangan Dalam Upacara Belian Sentiu Suku Dayak Benuaq Desa Tanjung Isuy, Kutai Barat, Kalimantan Timur. Jurnal Kajian Seni, 1(1), 60–73. https://doi.org/10.22146/art.5876

Lubis, M. A. (2017). Budaya dan Solidaritas Sosial dalam Kerukunan Umat Beragama di Tanah Karo. Jurnal Ilmiah Sosiologi Agama Dan Perubahan Sosial, 11(2), 239–258.

Luthviatin, N. (2015). Mantra Untuk Penyembuhan Dalam Tradisi Suku Osing Banyuwangi. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, 11, 36–43.

Maifianti, S. S. K. S. (2014). Komunikasi Ritual Kanuri Blang sebagai Bentuk Kebersamaan Masyarakat Tani Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat Provinsi Aceh. Jurnal Komunikasi Pembangunan, 12(2).

Maslikatin, T., Anoegrajekti, N., & Macaryus, S. (2015). Ritual Using Dan Jawa : Mitos Hibriditas Budaya Sebagai Integrasi Dan Harmoni Sosial. 5(2), 187–195.

Maulida, I. P. (2018). Ungkapan Simbol Kekuatan Spiritualitas Tokoh Balian Melalui Tari Dramatik Pada Karya €Œtandik Bahindikâ€. Solah, 8(1).

Miles, M. B., & Huberman, M. (1992). Analisis Data Kualitatif.

Muhammad, N. (2013). Memahami Konsep Sakral Dan Profan Dalam Agama-Agama. Jurnal Substantia, 15(2), 268–280.

Nahak, H. M. (2019). Upaya Melestarikan Budaya Indonesia Di Era Globalisasi. Jurnal Sosiologi Nusantara, 5(1), 65–76. https://doi.org/10.33369/jsn.5.1.65-76

Nugroho, Z. M. (2020). Fungsi Dan Bentuk Penyajian Mantra Dan Katambung Dalam Ritual Balian Mimbul Kuluk Metu Suku Dayak Ngaju Di Kota Palangka Raya. Selonding, 16(1), 1–15. https://doi.org/10.24821/sl.v16i1.5135

Putra, I. G. B. A., Anom, A. A. N., & Kumbara, I. W. S. (2017). Eksistensi Balian Usada Dalam Pengobatan Pada Masyarakat Desa Tiga , Kecamatan Susut , Bangli. Jurnal Humanis, Fakultas Ilmu Budaya Unud, 20, 1–9.

Rahmatulloh, M. S. L. (2021). Eksistensi Aktivitas Kebudayaan Dalam Mengawal Peradaban Kehidupan Sosial : Tradisi Sekatenan Kraton Yogyakarta Perspektif Teori Solidaritas Emile Durkheim. Jurnal Pendidikan, Sejarah, Dan Ilmu-Ilmu Sosial, 5(1), 1–7. http://jurnal.uisu.ac.id/index.php/mkd

Saihu, S., & Mailana, A. (2019). Teori pendidikan behavioristik pembentukan karakter masyarakat muslim dalam tradisi Ngejot di Bali. Ta’dibuna: Jurnal Pendidikan Islam, 8(2), 163. https://doi.org/10.32832/tadibuna.v8i2.2233

Sasmita, W. (2018). Tradisi Upacara Ritual Siraman Sedudo Sebagai Wujud Pelestarian Nilai-Nilai Sosial. Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan, 3(2), 207. https://doi.org/10.17977/um019v3i2p207-214

Sigai, E. R. L. (2018). Implikasi Peran Mandong Dayang Dalam Praktik Ritual Komunitas Dayak Lawangan. Satya Widya: Jurnal Studi Agama, 1(2), 111–126. https://doi.org/10.33363/swjsa.v1i2.44

Spradley, J. (1997). Metode Etnografi. PT. Tiara Wacana.

Sukiada, K. (2015). Dalam Kepercayaan Hindu Kaharingan. Dharmasmrti, 13, 52–67.

Suyono. (2007). Dunia Mistik Orang Jawa: Roh, Ritual, Benda Magis.

Windarani, N. A., Perguna, L. A., & Bustami, A. L. . (2021). Membaca Rasionalitas Masyarakat Islam Aboge dalam Penggunaan Sikep Penglaris di Dusun Tumpangrejo Kabupaten Malang . Satwika : Kajian Ilmu Budaya Dan Perubahan Sosial, 5(1), 30-42. https://doi.org/10.22219/satwika.v5i1.15654

Yashi, A. P. (2018). Ritual Seblang Masyarakat Using Di Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi Jawa, Timur. Haluan Sastra Budaya, 2(1), 1. https://doi.org/10.20961/hsb.v2i1.11790




DOI: http://dx.doi.org/10.17977/um021v6i1p55-64

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2021 Jurnal Sosiologi Pendidikan Humanis

Editorial Office:
Sociology Program, Faculty of Social Science, Universitas Negeri Malang
Semarang St. No. 5 Building I3-101 65145.
Phone. (0341) 551312. line. 375, 376 (20)
Homepage: http://journal2.um.ac.id/index.php/jsph/index
email: jsphum@yahoo.co.id

ISSN 2502-7875 (printed)
ISSN 2527-5879 (online)

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.