Pasukan Khusus Pangeran Diponegoro Masih Menari (Studi Historis Kesenian Tari Tradisional Reyog Bulkiyo Blitar)

Irfan Santoso

Abstract


Perang Sabil yang lebih dikenal dengan sebuatan Perang Jawa (De Javasche Oorlog dalam bahasa Belanda) mempunyai dampak dalam sejarah nasional maupun sejarah lokal. Perang itu merupakan fenomena sosial yang terjadi hampir di seluruh Pulau Jawa. Setelah Pangeran Diponegoro sebagai pemimpin perang tertangkap oleh Belanda pada 28 Maret 1830, banyak dari pasukan Pangeran Diponegoro yang melarikan diri ke berbagai pelosok daerah untuk menghindar dari operasi pembersihan sisa prajurit oleh Belanda. Akibat dari pelarian itu, mereka banyak yang menyamar menjadi rakyat biasa dan bertahan hidup hingga akhirnya mempunyai hasil karya seperti misalnya kesenian. Reyog Bulkiyo merupakan kesenian tari hasil dari olah pikir prajurit yang melarikan diri dari kejaran Belanda. Kesenian tari ini terdapat di Desa Kemloko Kecamatan Nglegok Kabupaten Blitar yang dahulu pada tahun 1825 disebut sebagai daerah bumi Mancanegara Wetan masuk
kedalam pembagian wilayah Kasunanan Surakarta. Reyog Bulkiyo memiliki ciri khas yang menunjukan bahwa ada tiga unsur budaya terangkai dalam satu pertunjukan ritme gerak tari yaitu budaya Jawa, Islam (Arab) dan, Cina. Eksistensi kesenian ini hingga kini masih bisa dinikmati dalam festival budaya, pentas seni maupun acara-acara pemerintahan. Namun, di era modernisasi seperti ini, kesenian tradisional seperti Reyog Bulkiyo harus di jaga dan dilestarikan guna menambah dan mempertahankan ciri khas ke Indonesiaan Bangsa ini.

DOI: http://dx.doi.org/10.17977/um021v1i12016p021


Keywords


Reyog Bulkiyo; identitas; eksistensi

Full Text:

PDF

References


Abidin, Zaenal. (2002). Analisis Eksistensi Untuk Psikologi Dan Psikiatri. Bandung: PT. Refika Aditama.

Carey, Peter B.R. (2011). Kuasa Ramalan (Jilid II). Pangeran Diponegoro dan Akhir tatanan lama di Jawa 1785–1855. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.

Djamhari, Saleh As’ad. (2014). Strategi Menjinakan Diponegoro (Stelsel Bneteng 1827 – 1830). Jakarta: Komunitas Bambu.

Harwimuko, (2012). Ensiklopedia Seni Budaya Kabupaten Blitar. Blitar: Primatama.

Koentjaraningrat. (1996). Pengantar Antropologi I. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Leirissa, R.Z. (1990). Sejarah Nasional Indonesia (jilid IV). Jakarta: Balai Pustaka.

Leirissa, R.Z. (2009). Sejarah Nasional Indonesia IV (edisi Pemutakhiran). Jakarta: Balai Pustaka.

Ma’arif, Syamsul. (2014). Jejak Kesaktian Dan Spiritual Pangeran Diponegoro. Yogyakarta: Araska.

Muntadhirotul, Ana. (2014). Tinjauan Koreografi Reyog Bulkiyo Di Desa Kemeloko Kecamatan Nglegok Kabupaten Blitar. Skripsi tidak

diterbitkan. Surakarta: Institur Seni Indonesia Surakarta.

Santoso, I. (2015). Eksistensi Kesenian Reyog Bulkiyo Kabupaten Blitar (Studi Pelestarian Kesenian Tari Tradisional Reyog Bulkiyo Desa

Kemloko Kecamatan Nglegok Kabupaten Blitar). Skripsi tidak

diterbitkan. Malang: Prodi Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial

Universitas Negeri Malang.

Sjamsuddin, Heulis. (2007). Metodologi Sejarah. Yogyakarta. Ombak

Suparlan, P. (1984). Manusia, Kebudayaan dan Lingkungannya. Jakarta: C.U.

Rajawali.


Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2016 Irfan Santoso

Editorial Office:
Sociology Program, Faculty of Social Science, Universitas Negeri Malang
Semarang St. No. 5 Building I3-101 65145.
Phone. (0341) 551312. line. 375, 376 (20)
Homepage: http://journal2.um.ac.id/index.php/jsph/index
email: jsphum@yahoo.co.id

ISSN 2502-7875 (printed)
ISSN 2527-5879 (online)

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.