PERSPEKTIF ANTROPOLOGI DAN RELIGI PERKAWINAN SUKU NIAS

Sonny Eli Zaluchu

Abstract


Marriage in Nias included in a traditional marriage model heavily influenced by the Nias people's pre-Christian culture and the customary law called Fondrako. That is why the color of local wisdom in its implementation is evident, but it also becomes a syncretism whenever it intersects with religious teachings. The Nias marriage scheme is, and what kind of Fondrako customary law influences its implementation, and the theological reposition of religion in the traditional marriage system is the discussion and objectives of this paper.  The method used is a literature study with qualitative analysis, which utilizes primary sources about Nias from books and research results. Conclusion: the practice of marriage in Nias took place in three stages, namely the search for the bride and groom (famaigi ono alawe), engagement (fanunu manu), and the implementation of the marriage itself (falöwa). Cultural values in Nias weddings are still solid and practiced today. The church in Nias has succeeded in carrying out the spiritual inclusion of tribal religions into Christianity in marriage procedures. One of this research's contributions is the need for awareness for the new generation of Nias to realize the Nias marriage scheme in its philosophical values rather than rejecting it for complicated and burdensome procedural reasons. The Nias generation itself must defend this cultural wealth.

Pernikahan di Nias termasuk dalam sebuah model perikahan adat yang sangat dipengaruhi oleh kebudayaan pra Kristen dan hukum adat yang disebut Fondrako. Itu sebabnya warna kearifan lokal di dalam penyelenggaraannya sangat kentara, tetapi juga menjadi sebuah sinkretisme manakala beririsan dengan ajaran agama. Bagaimana skema pernikahan Nias, dan seperti apa hukum adat Fondrako membawa pengaruh di dalam pelaksanaannya, serta reposisi teologis agama di dalam sistem adat pernikahan adalah pembahasan dan tujuan yang ingin dikemukakan di dalam paper ini. Metode yang dipergunakan adalah studi pustaka dengan analisis kualitatif, yang memanfaatkan sumber-sumber primer tentang Nias dari buku-buku dan hasil penelitian. Disimpulkan bahwa praktik pernikahan di Nias berlangsung di dalam tiga tahap yakni pencarian calon mempelai (famaigi ono alawe), pertunangan (fanunu manu) dan pelaksanaan pernikahan itu sendiri (falöwa). Nilai-nilai budaya di dalam pernikahan Nias masih sangat kental dan dipraktekkan hingga dewasa ini. Gereja di Nias berhasil pada batas-batas tertentu melakukan inklusi rohani dari agama suku kepada agama Kristen di dalam tata cara pernikahan. Salah satu kontribusi penelitian ini adalah, perlu kesadaran bagi generasi baru Nias untuk menyadari skema perkawinan Nias di dalam nilai filosofisnya daripada menolaknya karena alasan prosedural yang ribet dan membebani. Kekayaan budaya ini harus dipertahkan oleh generasi Nias sendiri.


Keywords


Nias, ethnic, marriage, Fondrako, religi

References


Baker, J. D. (2016). The Purpose, Process, and Methods of Writing a Literature Review. AORN Journal, 103(3), 265–269. https://doi.org/10.1016/j.aorn.2016.01.016

Duha, N. (2012). Omo Niha: Perahu Darat di Pulau Bergoyang. Gunungsitoli, Nias: Museum Pusaka Nias.

Garang, P. J. (2007). Nias Membangun Harapan Menapak Masa Depan: Studi tentang Perubahan Sosial dan Kultural. Jakarta: Yayasan Tanggul Bencana Indonesia.

Gea, Y. (2013). Fondrakö, Peraturan dan Hukum Adat Nias yang Mengutuk. Retrieved October 25, 2020, from Kompasiana website: https://www.kompasiana.com/java05_gheeyahoo.com/552a53c66ea834a217552d52/fondrak-peraturan-dan-hukum-adat-nias-yang-mengutuk

Gulö, W. (1983). Benih yang Tumbuh 13. Gunungsitoli: LPLG-BNKP.

Harefa, A. (2013). Eksistensi Fondrako dalam Hukum Adat Nias. Didaktik, 7(1), 1026–1039. Retrieved from https://media.neliti.com/media/publications/195798-ID-none.pdf

Harmmerle, J. M. (2001). Asal Usul Masyarakat Nias Suatu Interpretasi (1st ed.; N. Duha, Ed.). Gunungsitoli, Nias: Yayasan Pusaka Nias.

Hum, Y. C. (2013). Literature reviews. In Springer Verlag (pp. 11–45). https://doi.org/10.1007/978-981-4451-66-6_2

Hummel, U., & Telaumbanua, T. (2007). Cross and Adu: A Socio-Historical Study on the Encounter between Christianity and the Indigenous Culture on Nias and the Batu Islands, Indonesia (1865-1965). Universiteit Utrecht, Nederlands.

Koentjaraningrat. (1974). Kebudayaan, Mentalitet dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia.

Koentjaraningrat. (1993). Manusia dan Kebudayaan Indonesia (13th ed.). Bandung: Djambatan.

Lase, P. (1997). Menyibak Agama Suku Nias. Bandung: Agiamedia.

Loeb, E. M. (2013). Sumatera: Sejarah dan Masyarakatnya (A. Pratama, Ed.). Yogyakarta: Penerbit OMBAK.

Maru’ao, N. (2014). Analisis Penyebab Menurunnya Penerapan Fangowai dan Famee Afo dalam Pesta Adat Perkawinan di Kecamatan Lotu Kabupaten Nias UTara: Kajian Sosiolinguistik (Universitas Muskim Nusantara Wasliyah). Retrieved from http://e-jurnal.ikipgunungsitoli.ac.id/index.php/lainnya/article/viewFile/53/46

Mendrofa, W. (1981). Fondrako Ononiha. Jakarta: Incultural Foundation.

Rumkel, L. (2020). Perkawinan Sasi Menurut Hukum Adat Di Desa Wasbakat Kecamatan Airbuaya. Syntax Literate ; Jurnal Ilmiah Indonesia, 5(8), 605. https://doi.org/10.36418/syntax-literate.v5i8.1558

Sari, D. J., & Protasari, O. K. (2020). Tata Upacara Perkawinan Pranikah dan Makna Hantaran Pengantin “Putri Jenggolo” Sidoardjo. Jurnal Tata Rias, 9(3), 54–61. Retrieved from https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-tata-rias/article/view/34891/31024

Savitri, N., & Zalukhu, M. (2016). DIskriminasi dalam Hukum Perkawinan (Penelitian atas Hukum Perkawinan Adat Suku Nias). Masalah-Masalah Hukum, 45(3), 224. https://doi.org/10.14710/mmh.45.3.2016.224-232

Sulistyoko, A., & Hafidzi, A. (2020). Tradisi Maantar Patalian pada Perkawinan Masyarakat Adat Banjar Kalimantan Selatan (Telaah Antropologis dan Sosiologis). An-Nuha : Jurnal Kajian Islam, Pendidikan, Budaya Dan Sosial, 7(1), 19–32. https://doi.org/10.36835/annuha.v7i1.327

Van Oven, M., Hämmerle, J. M., Van Schoor, M., Kushnick, G., Pennekamp, P., Zega, I., … Kayser, M. (2011). Unexpected Island effects at an extreme: Reduced y chromosome and mitochondrial DNA diversity in Nias. Molecular Biology and Evolution, 28(4), 1349–1361. https://doi.org/10.1093/molbev/msq300

Zaluchu, S. E. (2020a). Deskripsi Tarian Maena sebagai Identitas Suku Nias [Description of Maena Dance as Nias Tribe Identity]. Nyimak: Journal of Communication, 4(1), 135–147. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.31000/nyimak.v4i1.2219

Zaluchu, S. E. (2020b). Strategi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif Di Dalam Penelitian Agama. Evangelikal: Jurnal Teologi Injili Dan Pembinaan Warga Jemaat, 4(1), 28–38. https://doi.org/10.46445/ejti.v4i1.167




DOI: http://dx.doi.org/10.17977/um020v14i22020p108-119

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2020 Sejarah dan Budaya : Jurnal Sejarah, Budaya, dan Pengajarannya

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

Editorial office:
History Department, Faculty of Social Science,
Universitas Negeri Malang
Jl. Semarang No.5 Kota Malang 65145,  
Phone. (0341) 551312,
email: jsb.journal@um.ac.id
Website: http://journal2.um.ac.id/index.php/sejarah-dan-budaya

P-ISSN 1979-9993
E-ISSN 2503-1147

  Creative Commons License
This work is licensed under a CC BY SA 4.0.

Web
Analytics Made Easy - StatCounter

View My Stats 

Flag Counter