Kehidupan Masyarakat Tionghoa di Malang, studi pada perkumpulan wayang orang Ang Hien Hoo, 1953-1965: sebuah penafsiran kembali terhadap konsep akulturasi

Gani Darmanto Rizqullah

Abstract


This article discusses the activities of the Chinese community in Malang through a study of the Ang Hien Hoo wayang orang association in 1953-1965. This research uses the oral history method and using a life history approach that looks at the historical context through a person's life history. The results of this study show the acculturation that exists in the Ang Hien Hoo Chinese community through the art of wayang orang brought into the group. Looking at the Chinese community from the perspective of external parties who see the Chinese community will only bring up various problems (labeling) ranging from political segregation, racial discrimination, peranakan and totok differences, exclusive groups and debates over citizenship issues. However, using the perspective of the Chinese community itself through the life histories of the performers and people involved in the Ang Hien Hoo puppetry group will show a Chinese community that is very open, inclusive and a very fluid community towards various cultures. This perspective reverses the labeling that is constantly given to the Chinese community.


Artikel ini membahas aktivitas masyarakat Tionghoa di Malang melalui studi pada perkumpulan wayang orang Ang Hien Hoo tahun 1953-1965. Penelitian ini menggunakan metode sejarah lisan dan menggunakan pendekatan life history yang melihat konteks sejarah melalui riwayat hidup seseorang. Hasil dari penelitian ini menunjukkan akulturasi yang ada dalam komunitas Tionghoa Ang Hien Hoo melalui kesenian wayang orang yang dibawa kedalam kelompok tersebut. Melihat komunitas Tionghoa melalui perspektif pihak-pihak eksternal hanya akan memunculkan berbagai permasalahan mulai dari segregasi politik, diskriminasi rasial, labeling, perbedaan antara peranakan dan totok, kelompok yang eksklusif serta perdebatan tentang masalah kewarganegaraan. Namun apabila menggunakan perspektif dari komunitas Tionghoa sendiri melalui life history dari para pemain dan orang-orang yang terlibat dalam kelompok wayang orang Ang Hien Hoo akan memperlihatkan masyarakat Tionghoa yang sangat terbuka, inklusif dan menjadi komunitas yang sangat cair terhadap berbagai budaya. Perspektif ini membalik berbagai labeling yang terus-menerus diberikan kepada masyarakat Tionghoa.

Keywords


Malang; Ang Hien Hoo; akulturasi

References


Budianta, M. (2012). Malang mignon: cultural expressions of the Chinese, 1940-1960. In J. Lindsay & M. H. T. Liem (Eds.), Heirs to world culture: being Indonesian, 1950-1965. KITLV Press. https://doi.org/10.1163/9789004253513

Budianta, M. (2017). Culture, power and identity The case of Ang Hien Hoo, Malang. Wacana, 18(2), 485. https://doi.org/10.17510/wacana.v18i2.593

Carey, P. (1985). Orang Jawa dan Masyarakat Cina (1755-1825) (Jakarta). Pustaka Azet.

Carey, P. (2008). Orang Cina, bandar tol, candu dan perang Jawa: perubahan persepsi tentang Cina (1755-1825). Komunitas Bambu.

Hariadi. (28 April 2024). Wawancara dengan Hariadi.

Hudiyanto, R. (2007). Pahlawan yang terlupakan: pers Melayu, etnik Tionghoa, dan nasionalisme di kota malang 1920-1950. Humaniora, 19(3).

Koentjaraningrat. (2005). Pengantar antropologi. Rineka Cipta.

Labibah, A. K. (2022). Sejarah badan pemulasaran jenazah Tionghoa Malang pada masa Kolonial (1905-1940). Sejarah Dan Budaya: Jurnal Sejarah, Budaya, Dan Pengajarannya, 16(2), 388.

Malik, A. (2016). Dari Ang Hien Hoo, Ratna Indraswari Ibrahim hingga hikajat Kebonagung: kumpulan kolom budaya (Cetakan pertama). Pustaka Banyumili bekerjasama dengan Eklesia Prodaksen, Kebonagung, Pakisaji, Malang.

Paulus, B. P. (1983). Kewarganegaraan RI ditinjau dari UUD 1945 Khususnya kewarganegaraan peranakan Tionghoa (Jakarta).

Pratiwi, G. S. (2023). Kekerasan terhadap Golongan Tionghoa pada Masa Revolusi di Malang, 1945–1949. Lembaran Sejarah, 18(1), 78. https://doi.org/10.22146/lembaran-sejarah.80455

Purcell, V. (1965). The Chinese in Southeast Asia. Oxford University Press.

Ratih, A., & Roosa, J. (2008). Sejarah lisan di Indonesia dan kajian subjektivitas. In B. Purwanto, R. Saptari, & H. S. Nordholt (Eds.), Perspektif baru penulisan sejarah Indonesia. Yayasan Obor Indonesia.

Ratnawati (Melly Oei). (7 Maret 2024). Wawancara dengan Ratnawati (Melly Oei).

Rustopo. (2007). Menjadi Jawa: Orang-orang Tionghoa dan kebudayaan Jawa di Surakarta, 1895-1998. Ombak bekerjasama dengan Yayasan Nabil, Jakarta.

Setiono, B. G. (2008). Tionghoa Dalam Pusaran Politik. TransMedia.

Shirley Kristiani Widjihandayani (Tjhwa Hiang Nio). (5 April 2023). Wawancara dengan Shirley Kristiani Widjihandayani (Tjhwa Hiang Nio).

Suryadinata, L. (1984). Dilema minoritas Tionghoa. Grafitipers.

Wirjosoedibyo, G., Ali, I., & Dalidd, M. (1954). 40 tahun Kota Malang. Panitya Peringatan 40 tahun Kota Malang.




DOI: http://dx.doi.org/10.17977/um020v18i22024p146-165

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2024 Sejarah dan Budaya: Jurnal Sejarah, Budaya, dan Pengajarannya

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

Editorial office:
History Department, Faculty of Social Science,
Universitas Negeri Malang
Jl. Semarang No.5 Kota Malang 65145,  
Phone. (0341) 551312,
email: jsb.journal@um.ac.id
Website: http://journal2.um.ac.id/index.php/sejarah-dan-budaya

P-ISSN 1979-9993
E-ISSN 2503-1147

  Creative Commons License
This work is licensed under a CC BY SA 4.0.

Web
Analytics Made Easy - StatCounter

View My Stats 

Flag Counter