Call for Papers

Pada edisi kali ini, Jurnal Sejarah, Budaya, dan Pengajarannya (JSB) mencoba mempresentasikan diskursus seputar sejarah lisan tidak hanya sebagai sebuah metode dalam sejarah, tetapi sebagai sebuah pendekatan atau genre dalam penulisan sejarah. Sejarah lisan sebagai sebuah metode muncul atas kritik terhadap tradisi konvensional dalam historiografi yang mereduksi ‘fakta sejarah’ menjadi dokumen semata. Padahal bagaimana sebuah peristiwa sejarah masuk ke dalam catatan tidak lepas dari siapa yang mencatatnya dan proses panjang seleksi untuk memutuskan apa yang penting atau tidak penting untuk dicatat. Paul Thompson (1972), misalnya, berargumen bagaimana sejarah lisan dapat digunakan sebagai metode untuk menggali pengalaman-pengalaman yang selama ini dimarjinalisasi dalam penulisan sejarah konvensional. Para kaum buruh, perempuan, pelayan, dan lainnya menjadi kelompok-kelompok utama yang menuliskan sejarah masa lalu. Keragam narasi ini memunculkan interpretasi baru terhadap sejarah, dengan mengangkat kehidupan sehari-hari, suara kelompok marjinal, kehidupan sosial budaya, atau aspek-aspek lain yang semula tidak dilihat oleh tradisi eksklusif dalam penulisan sejarah.

Di Indonesia sendiri, proyek sejarah lisan pertama telah diinisiasi oleh Arsip Nasional RI (ANRI) pada 1972 dengan mengumpulkan pengalaman individual terkait peristiwa sejarah tertentu. Pusat sejarah TNI juga melakukan proyek sejarah lisan tentang peristiwa Revolusi dan 1965. Akan tetapi sejarah lisan yang dilakukan pada tahap awal ini masih belum bergeser dari tokoh-tokoh dominan dalam sejarah. Narasi dari masyarakat biasa atau kelompok marjinal tetap hilang dalam sejarah. Pasca Reformasi 1998, sejarah lisan kembali menjadi metode penting untuk menelusuri masa lalu, khususnya dalam mengungkap kejahatan dan pelanggaran HAM masa lalu yang dibungkam selama pemerintahan otoriter. Dalam konteks ini, pengalaman-pengalaman korban kekerasan menjadi sumber sejarah yang penting. Sejak satu dekade terakhir, seiring dengan perkembangan dunia digital dan kolaborasi global, sejarah lisan tidak hanya digunakan oleh para sejarawan semata. Ia juga menjadi cara bagi para seniman, antropolog, museolog, aktivis kemanusiaan, atau sutradara film untuk melihat lebih dalam fenomena yang ada di masyarakat Indonesia.

Perjalanan sejarah lisan di Indonesia memperlihatkan perkembangannya dari sebuah metode dalam penulisan historiografi menjadi sebuah pendekatan atau genre dalam ilmu sosial, seni, atau aktivisme sosial. Untuk itu, edisi JSB kali ini bertujuan untuk menghadirkan penelitian-penelitian terbaru yang menggunakan sejarah lisan. Kami mengundang para akademisi dari berbagai latar belakang atau pihak-pihak lain untuk mengirim tulisan dalam edisi ini paling lambat pada 3 Juni 2024. Artikel-artikel yang masuk ke tahap review akan kami undang untuk lokakarya sejarah lisan bersama editor edisi khusus dan reviewer ahli yang akan diadakan di Universitas Negeri Malang pada 3 dan 4 Juli 2024. Edisi khusus sejarah lisan dalam JSB ini merupakan sebuah inisiatif dari kolektif sejarah lisan yang diinisiasi pada 2023 oleh Universitas Negeri Malang, Universitas Gajah Mada, Universitas Kristen Satya Wacana, dan Royal Netherlands Institute of Southeast Asian and Carribean Studies (KITLV) Belanda.

Jika anda berminat mengirimkan naskah kepada kami, silakan unggah artikel anda via Open Journal System (OJS) JSB. Kami menerima naskah-naskah berupa research article, conceptual article, dan book review. Pastikan naskah anda sudah mengikuti panduan penulisan kami yang dapat diakses melalui pranala ini. Informasi lebih lanjut bisa menghubungi kami via surel di jsb.journal@um.ac.id dan Whattsapp (WA) di +6287818038753 (chat only)



https://www.gojosatoru.love/