PROJEK PENGUATAN PROFIL PELAJAR PANCASILA (P5) BERBASIS KEARIFAN LOKAL UNTUK MEWUJUDKAN PELAJAR INDONESIA PANCASILAIS: PELUANG DAN TANTANGAN

I Wayan Putra Yasa, I Wayan Lasmawan, I Gusti Putu Suharta

Abstract


Abstract: This study aims to examine the opportunities and challenges of implementing the Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) based on local wisdom to create Pancasila students. The method used is a literature review, namely conducting a study of literature sources that discuss three things, namely independent learning and an independent curriculum, implementation of the Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5), as well as opportunities and challenges. The process of the literature review is carried out through three main stages, namely collecting literature, conducting analysis, and writing the results of the study. The results of the study explain that the independent curriculum implemented in Indonesia is the answer to the problems of education and the increasingly complex developments of the era. Therefore we need a curriculum that can adapt to this situation. In its application in the Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) with one of its mandatory themes, namely local wisdom. Implementation of the Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) where the themes are environmental awareness, entrepreneurship, drugs, and local wisdom. Specifically related to local wisdom, it is carried out by introducing cultures such as dance, rituals, customs, and other unique things around the school. The process of implementing the Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) has both opportunities and challenges. The opportunities include strengthening Pancasila ideology among students, this will answer the problems of national ideology, especially Pancasila so that it is better understood and can be implemented comprehensively. Furthermore, students who are more nationalist introducing ideology, culture, and history, students must have an attitude of nationalism. Another opportunity is fun and independent learning, teachers and students are encouraged to develop learning according to their needs. Furthermore, creative and innovative teachers and students, the independent curriculum encourages and appreciates the creativity and innovation of teachers and students in implementing it. The last opportunity is the revitalization of local wisdom through cultural performances. Challenges that can arise if not managed properly are ethnocentrism and chauvinism, administrative burdens for teachers, and higher education costs borne by parents.


Abstrak:Kajian ini bertujuan mengkaji tentang peluang dan tantangan implementasi Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) berbasis kearifan lokal guna mewujudkan pelajar pancasilais. Metode yang dipakai adalah kajian pustaka yaitu melakukan kajian terhadap sumber pustaka yang membahas tiga hal yaitu merdeka belajar dan Kurikulum Merdeka, implementasi Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5), serta peluang dan tantangannya. Proses kajian pustaka dilakukan melalui tiga tahapan utama yaitu pengumpulan pustaka, melakukan analisis, dan penulisan hasil kajian. Hasil kajian menjelaskan bahwa Kurikulum Merdeka yang diterapkan di Indonesia sejatinya adalah jawaban atas problematika pendidikan dan perkembangan zaman yang semakin kompleks. Oleh karena itu dibutuhkan sebuah kurikulum yang mampu beradaptasi dengan situasi tersebut.  Dalam penerapannya di Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dengan salah satu tema wajibnya yaitu kearifan lokal. Implementasi dari Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dimana tema-temanya adalah kesadaran lingkungan, kewirausahaan, narkoba, dan kearifan lokal. Secara khusus berkaitan dengan kearifan lokal dilakukan dengan pengenalan budaya seperti tari, ritual, adat istiadat, dan hal unik lagi di sekitar sekolah. Proses penerapan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) memiliki peluang dan sekaligus tantangan. Peluangnya antara lain penguatan ideologi Pancasila dikalangan pelajar, hal ini menjawab problematika ideologi bangsa khususnya Pancasila agar lebih dipahami dan bisa diimplementasikan secara komprehensif. Selanjut siswa yang lebih nasionalis dengan mengenalkan ideologi, kebudayaan, sejarah siswa pasti memiliki sikap nasionalisme. Peluang lainnya adalah pembelajaran yang menyenangkan dan merdeka, guru dan siswa didorong mengembangkan pembelajaran sesuai dengan kebutuhannya. Selanjutnya guru dan siswa yang kreatif dan inovatif, Kurikulum Merdeka mendorong dan mengapresiasi kreativitas dan inovasi dari guru dan siswa dalam menerapkannya. Peluang terakhir adalah revitalisasi kearifan lokal melalui pentas budaya. Tantangan yang bisa muncul jika tidak dikelola dengan baik yaitu sikap etnosentrisme dan cauvinistisme, beban administrasi guru, dan biaya pendidikan yang ditanggung orang tua semakin tinggi.



Keywords


P5, Pancasila, local wisdom, opportunities, challenges

Full Text:

PDF

References


Adriansyah, G., & Nizar, N. (2018). ANALISA BEBAN KERJA KEGIATAN ADMINISTRASI SEKOLAH DENGAN PENDEKATAN JOB MAPPING. Teknika: Engineering and Sains Journal, 2(1). https://doi.org/10.51804/tesj.v2i1.233.59-66

Ambarudin, R. I. (2016). Pendidikan multikultural untuk membangun bangsa yang nasionalis religius. Jurnal Civics: Media Kajian Kewarganegaraan, 13(1). https://doi.org/10.21831/civics.v13i1.11075

Amri, U., Ganefri, G., & Hadiyanto, H. (2021). Perencana Pengembang Dan Pendidikan Berbasis Kearifan Lokal. Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan. https://www.edukatif.org/index.php/edukatif/article/view/751

Aridiantari, P., Lasmawan, I. W., & Suastika, I. N. (2020). Eksistensi Tradisi Dan Budaya Masyarakat Bali Aga Pada Era Globalisasi Di Desa Trunyan. Ganesha Civic Education Journal, 2(2), 67–80.

Atmaja, T. E. R., Harun, C. Z., & Ibrahim, S. (2016). Analisis Penetapan Standar Biaya Pendidikan. Jurnal Administrasi Pendidikan, 4(1).

Cardinale, P., Rofi’i, M. S., Samputra, P. L., & Ramadhani, A. (2021). Enculturated Education for Strengthening Character Education in Preventing Intolerance and Radicalism. TARBIYA: Journal of Education in Muslim Society, 8(1), 20–43. http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/tarbiya%0ATARBIYA:

Effendi, T. N. (2013). Budaya Gotong Royong Masyarakat Dalam Perubahan Sosial Saat Ini. Jurnal Pemikiran Sosiologi, 2(1), 1–18. https://doi.org/10.22146/jps.v2i1.23403

Hadi, S. (2020). Lasem: Harmoni dan Kontestasi Masyarakat Bineka. ISLAM NUSANTARA: Journal for Study of Islamic History and Culturesantara, 1(1), 163–208.

Hasibuan, L., Us, K. A., & Pendi, H. Z. (2021). Pengelolaan Biaya Pendidikan. Jurnal Literasiologi, 5(2).

Konradus, D. (2018). Kearifan Lokal Terbonsai Arus Globalisasi: Kajian Terhadap Eksistensi Masyarakat Hukum Adat. Jurnal Masalah-Masalah Hukum, 47(1), 81–88. 10.14710/mmh.47.1.2018.81-88.

Kurniawan, M. I. (2015). Tri Pusat Pendidikan Sebagai Sarana Pendidikan Karakter Anak Sekolah Dasar. PEDAGOGIA: Jurnal Pendidikan. https://doi.org/10.21070/pedagogia.v4i1.71

Malida, S. (2020). Pendidikan Inklusif Berbasis Kearifal Lokal dalam Menghadapi Era Society 5.0: Kajian Literatur dan Sitematika Review di Indonesia. Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, 29(2), 131–143.

Marwah, S. S., Syafe’i, M., & Sumarna, E. (2018). Relevansi Konsep Pendidikan Menurut Ki Hadjar Dewantara Dengan Pendidikan Islam. TARBAWY : Indonesian Journal of Islamic Education, 5(1), 14–26. https://doi.org/10.17509/t.v5i1.13336

Maryono, M., Budiono, H., & Okha, R. (2018). Implementasi Pendidikan Karakter Mandiri Di Sekolah Dasar. Jurnal Gentala Pendidikan Dasar, 3(1). https://doi.org/10.22437/gentala.v3i1.6750

Noor, M. (2020). Biaya dan Kualitas Pendidikan. UIN Antasari Banjarmasin, Indonesia, March.

Ntimuk, P., Hadi, M. Y., & Arifin, I. (2022). Analisis Kebijakan Profil pelajar Pancasila dalam Dunia Pendidikan. Seminar Nasional Manajemen Strategik Pengembangan Profil Pelajar Pancasila Pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Pendidikan Dasar (DIKDAS)-2022 .

Nurhuda, H. (2022). Masalah-Masalah Pendidikan Nasional; Faktor-Faktor Dan Solusi Yang Ditawarkan National Education Problems; Factors And Solutions Offered. : : Jurnal Pemikiran dan Pendidikan Dasar, 2, 127–137.

Pageh, I. M. (2016). Multikulturalisme Dan Tantangannya Di Indonesia : Jejak Kesetaraan Etnis Dan Kultur. Sosio Didaktika. https://doi.org/10.15408/sd.v3i2.4344.Permalink/DOI

Pangestu, D. A., & Rochmat, S. (2021). Filosofi Merdeka Belajar Berdasarkan Perspektif Pendiri Bangsa. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 6(1), 78–92. https://doi.org/10.24832/jpnk.v6i1.1823

Perdana, D. I. (2013). Kurikulum Dan Pendidikan Di Indonesia Proses Mencari Arah Pendidikan Yang Ideal Di Indonesia atau Hegemoni Kepentingan Penguasa Semata? Jurnal Pemikiran Sosiologi, 2(1), 63–74. https://doi.org/10.22146/jps.v2i1.23412

Rudiana, Y., Ruhimat, M., & Sundawa, D. (2022). Pengaruh sikap ekoliterasi dan pembelajaran berbasis proyek terhadap kemampuan berpikir kreatif. JIPSINDO (Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Indonesia) , 09(02), 177–191.

Santika, I. W. E. (2022). Penguatan Nilai-nilai kearifan lokal Bali dalam membentuk Profil Pelajar Pancasila. Jurnal Pendidikan dan Konseling, 4(4), 6182–6195.

Satria, R., Adiprima, P., Wulan, K. S., & Harjatanaya, T. Y. (2022). Panduan Pengembangan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila. Jakarta: Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia.

Setiawan, D., & Sitorus, J. (2017). Urgensi Tuntutan Profesionalisme Dan Harapan Menjadi Guru Berkarakter (Studi Kasus: Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Batubara). Jurnal Cakrawala Pendidikan, 36(1), 122–129. https://doi.org/10.21831/cp.v36i1.11382

Shih, Y. H. (2020). Encounter with Paulo Freire’s critical pedagogy: Visiting the Brazilian social context (1950s-1970s). Universal Journal of Educational Research, 8(4). https://doi.org/10.13189/ujer.2020.080413

Siregar, G. M. (2021). Teori Kritis Habermas dan Kebijakan Merdeka Belajar. Jurnal Filsafat Indonesia, 4(2), 142. https://doi.org/10.23887/jfi.v4i2.34771

Suastika, I. N., Mangku, D. G. S., Yuliartini, N. P. R., & Lasmawan, W. (2020). The Multi-Etnik Community Integration Model in Bali: Pholosphical Base and Proto Multiculturalism in Balinese Society. International Journal of Criminology and Sociology, 9, 1226–1236. https://doi.org/10.6000/1929-4409.2020.09.142

Subagyo. (2012). Pengembangan nilai dan tradisi gotong royong dalam bingkai konservasi nilai budaya. Indonesian Journal of Conservation, 1(1), 61–68.

Suryatni, L. (2016). Filsafat Pancasila Dan Filsafat Hukum. Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara, 6(2), 53–69.

Yasa, I. W. P. (2019). Meboya Kesadaran Kritis Anti-Hoax untuk Integrasi Bangsa. Jurnal Kajian Ruang Sosial-Budaya, 3(2), 51–63. https://doi.org/10.21776/ub.sosiologi.jkrsb.2019.003.2.05




DOI: http://dx.doi.org/10.17977/um0330v6i2p239-253

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.


Editorial office:

History Department, Faculty of Social Science,
Universitas Negeri Malang
Jl. Semarang No.5 Kota Malang 65145,  
Phone. (0341) 551312,
email: jpsi@um.ac.id
Website: http://journal2.um.ac.id/index.php/sejarah/index 

E-ISSN 2622-1837

   

  Creative Commons License
This work is licensed under a CC BY SA 4.0.

StatCounter - Free Web Tracker and Counter

View My Stats